Mengangkat Pemimpin Non Muslim Dan Bekerja Pada Non Muslim
Assalamualaikum..maaf
sya nau nanya,sya pernah denger kalo orang islam dpimpin sama orang non
islam hukumnya haram bener ya??kmudian hukumnya apa ya mas n mbak jika
kita kerja disuatu instansi/perusahaan direktur(pimpinan) tertinggi
orang non muslim hukumnya apa?mohon pencerahannya
jawaban
NA Kami NerashUke pertanyaan yg disampaikan ada dua sub pembahasan
1. hukum dipimpin non muslim
2. hukum bekerja pd nonmuslim/ dipimpin nonmuslim
untuk pertanyaan yg pertama pernah di bahas dg rumusan sbb
A. Pertanyaan
Bagaimana hukum orang Islam menguasakan urusan kenegaraan kepada orang non Islam?
B. Jawaban
Orang Islam tidak boleh menguasakan urusan kenegaraan kepada orang non Islam kecuali dalam keadaan darurat, yaitu:
a. Dalam bidang-bidang yang tidak bisa ditangani sendiri oleh orang
Islam secara langsung atau tidak langsung karena faktor kemampuan.
b. Dalam bidang-bidang yang ada orang Islam berkemampuan untuk
menangani, tetapi terdapat indikasi kuat bahwa yang bersangkutan
khianat.
c. Sepanjang penguasaan urusan kenegaraan kepada non Islam itu nyata membawa manfaat.
Catatan: Orang non Islam yang dimaksud berasal dari kalangan ahl al-dzimmah dan harus ada mekanisme kontrol yang efektif.
C. Dasar Pengambilan Hukum
1. Al-Quran Al-Karim
وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا
"dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman." (QS: An-Nisaa Ayat: 141)
2. Tuhfah al-Muhtaj dan Hawasyi al-Syarwani, Juz IX, h. 72
ولا يستعان عليهم بكافر ) ذمي أو غيره إلا إن اضطررنا لذلك
قول المتن: ولا يستعان إلخ) أي يحرم ذلك
اه. سم, عبارة المغني والنهاية: (تنبيه) ظاهر كلامهم أن ذلك لا يجوز ولو
دعت الضرورة إليه لكنه في التتمة صرح بجواز الاستعانة به أي الكافر عند
الضرورة
3. Hawasyi al-Syarwani, Juz IX, h. 73
نعم ان قتضت المصلحة توليته في شىء لا
يقوم به غيره من المسلمين او ظهر من المسلمين خيانة و امنت في ذمي فلا يبعد
جواز توليته لضرورة القيام بمصلحة ما ولى فيه، و مع ذلك يجب على من ينصبه
مراقبته و منعه من التعرض لاحد من المسلمين
4. Kanz al-Raghibin dan Hasyiyah al-Qulyubi, Jilid IV, h. 156
ولا يستعان عليهم بكافر) لأنه يحرم تسليطه على المسلمين
قوله: ولا يستعان) فيحرم إلا لضرورة
5. Al-Ahkam al-Sulthaniyah, hal. 22
والوزارة على ضربين وزارة تـفويض ووزارة
تـنـفيذ. اما وزارةالتـفويض فهى ان يستوزر الإسلام من يفوض اليه تدبـير
الأمور برأيه وإمـضاء ها على اجتـهاده
6. Al-Ahkam al-Sulthaniyah, hal. 23
واما وزارة التـنـفيـذ فحكمها اضعـف وشروطها اقل لأن النـظر فيها مقـصور على رأي الإمام وتـدبـيره
Pojok Apis Sanangondang kemudian hukum bekerja pada non muslim trdapat khilaf lintas madzhab
Menurut pendapat yang paling shahih pada madzhab Syafi’i boleh sedang madzhab Hanbali sepakat membolehkannya.
MADZHAB SYAFI’I
فرع
يجوز أن يستأجر الكافر مسلماً على عمل في الذمة كدين في ويجوز أن
يستأجره بعينه على الأصح حراً كان أو عبدا
“Diperbolehkan
non muslim menyewa orang muslim untuk mengerjakan sesuatu yang masih ada dalam
tanggungan (masih akan
dikerjakan kemudian)
sebagaimana orang
muslim boleh membeli sesuatu dari orang non muslim dengan bayaran yang
masih ada dalam tanggungan
(hutang), dan diperbolehkan
orang muslim boleh menyewakan
dirinya (tubuh/tenaganya)
kepada orang non muslim menurut pendapat yang paling shahih baik ia
merdeka atau sahaya”
Raudhah at-Thoolibiin
I/403
(فرع) قال أصحانبا يجوز أن يستأجر الكافر مسلما على عمل في الذمة بلا
خلاف كما يجوز للمسلم أن يشترى منه شيئا بثمن في الذمة وهل يجوز للمسلم أن
يؤجر نفسه لكافر إجارة على عينه فيه طريقان مشهوران ذكرهما المصنف في أول
كتاب الاجارة (أصحهما) الجواز
“Para pengikut imam Syafi’i berpendapat bahwa orang non muslim boleh menyewa
orang muslim untuk mengerjakan
sesuatu yang masih ada dalam tanggungan (masih akan dikerjakan kemudian) sebagaimana orang muslim boleh membeli sesuatu
dari orang non muslim dengan bayaran yang masih ada dalam tanggungan (hutang).
Tentang kebolehan sewa menyewa ini, tidak ada seorangpun yang berbeda pendapat. Lalu, apakah
orang muslim boleh menyewakan
dirinya (tubuh/tenaganya)
kepada orang non muslim? Dalam permasalah ini ada dua pendapat yang masyhur.
Kedua pendapat itu disebutkan
oleh mushannif di awal kirab Ijârah. Akan tetapi, pendapat yang paling
shahih adalah pendapat yang mengatakan boleh."
Al-Majmuu’
ala Syarh al-Muhadzdzab
IX/359
MADZHAB HANBALI
( 3181 ) فَصْلٌ : وَلَوْ أَجَّرَ مُسْلِمٌ نَفْسَهُ لِذِمِّيِّ ، لِعَمَلٍ فِي ذِمَّتِهِ ، صَحَّ ؛ {
لِأَنَّ عَلِيًّا ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَجَرَ نَفْسَهُ مِنْ
يَهُودِيٍّ ، يَسْتَقِي
لَهُ كُلَّ دَلْوٍ بِتَمْرَةٍ
، وَأَتَى بِذَلِكَ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَكَلَهُ} وَفَعَلَ ذَلِكَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ ، وَأَتَى بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَلَمْ يُنْكِرْهُ
.وَلِأَنَّهُ لَا
صَغَارَ عَلَيْهِ فِي ذَلِكَ .وَإِنْ اسْتَأْجَرَهُ فِي مُدَّةٍ ، كَيَوْمٍ ، أَوْ
شَهْرٍ فَفِيهِ وَجْهَانِ ؛ أَحَدُهُمَا ، لَا يَصِحُّ ؛ لِأَنَّ فِيهِ
اسْتِيلَاءً عَلَيْهِ ،
وَصَغَارًا ، أَشْبَهَ
الشِّرَاءَ
.وَالثَّانِي ، يَصِحُّ
.وَهُوَ أَوْلَى ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ عَمَلٌ فِي مُقَابَلَةِ عِوَضٍ ، أَشْبَهَ الْعَمَلَ فِي
ذِمَّتِهِ ، وَلَا يُشْبِهُ الْمِلْكَ ؛ لِأَنَّ الْمِلْكَ يَقْتَضِي
سُلْطَانًا ،
وَاسْتِدَامَةً ،
وَتَصَرُّفًا
بِأَنْوَاعِ التَّصَرُّفَاتِ فِي رَقَبَتِهِ ، بِخِلَافِ الْإِجَارَةِ .
"Seandainya
orang muslim mempekerjakan
dirinya pada kafir dzimmi untuk mengerjakan sesuatu, maka akad sewa menyewa
tersebut sah. Karena sayyidina Ali ra. pernah menyewakan dirinya pada orang yahudi untuk
menyiram ladang milik yahudi dengan upah setiap satu timba air digaji
dengan sebuah kurma. Kemudian sayyidina Ali memberikan kurma tersebut pada nabi dan dimakan
oleh Nabi. Perbuatan sayyidina Ali tersebut ditiru oleh seorang
laki-laki dari golongan Anshar dan memberikan kurma yang didapatnya pada nabi. Nabipun tidak pernah
mengingkari perbuatan
tersebut.
Alasan selanjutnya
adalah karena tidak ada unsur penghinaan pada orang muslim dalam akad ijarah
tersebut. Akan tetapi, bila orang non muslim menyewa orang muslim untuk
suatu masa tertentu, misalnya satu hari atau sebulan, maka dalam hal
ini ada dua pendapat.
Pendapat pertama mengatakan bahwa akad tersebut tidak sah karena
mengandung unsur
penguasaan dan
penghinaan terhadap
orang muslim. Ketentuan ini sama dengan menjual budak muslim pada orang
non muslim. Pendapat kedua mengatakan akad tersebut sah.
Pendapat kedua inilah yang paling sahih karena ijârah
merupakan suatu pekerjaan yang diimbangi dengan bayaran (upah) sehingga
menyerupai perjanjian untuk bekerja, tidak sama dengan
kepemilikan (dalam
budak yang diperjualbelikan),
karena kepemilikan
mengakibatkan adanya
penguasaan,
kepemilikan untuk
selamanya, serta
pemanfaatan secara bebas.
Hal ini berbeda dengan ijârah."
Al-Mughni ala al-Quddaamah
VIII/495
jawaban
NA Kami NerashUke pertanyaan yg disampaikan ada dua sub pembahasan
1. hukum dipimpin non muslim
2. hukum bekerja pd nonmuslim/ dipimpin nonmuslim
untuk pertanyaan yg pertama pernah di bahas dg rumusan sbb
A. Pertanyaan
Bagaimana hukum orang Islam menguasakan urusan kenegaraan kepada orang non Islam?
B. Jawaban
Orang Islam tidak boleh menguasakan urusan kenegaraan kepada orang non Islam kecuali dalam keadaan darurat, yaitu:
a. Dalam bidang-bidang yang tidak bisa ditangani sendiri oleh orang
Islam secara langsung atau tidak langsung karena faktor kemampuan.
b. Dalam bidang-bidang yang ada orang Islam berkemampuan untuk
menangani, tetapi terdapat indikasi kuat bahwa yang bersangkutan
khianat.
c. Sepanjang penguasaan urusan kenegaraan kepada non Islam itu nyata membawa manfaat.
Catatan: Orang non Islam yang dimaksud berasal dari kalangan ahl al-dzimmah dan harus ada mekanisme kontrol yang efektif.
C. Dasar Pengambilan Hukum
1. Al-Quran Al-Karim
وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا
"dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman." (QS: An-Nisaa Ayat: 141)
2. Tuhfah al-Muhtaj dan Hawasyi al-Syarwani, Juz IX, h. 72
ولا يستعان عليهم بكافر ) ذمي أو غيره إلا إن اضطررنا لذلك
قول المتن: ولا يستعان إلخ) أي يحرم ذلك
اه. سم, عبارة المغني والنهاية: (تنبيه) ظاهر كلامهم أن ذلك لا يجوز ولو
دعت الضرورة إليه لكنه في التتمة صرح بجواز الاستعانة به أي الكافر عند
الضرورة
3. Hawasyi al-Syarwani, Juz IX, h. 73
نعم ان قتضت المصلحة توليته في شىء لا
يقوم به غيره من المسلمين او ظهر من المسلمين خيانة و امنت في ذمي فلا يبعد
جواز توليته لضرورة القيام بمصلحة ما ولى فيه، و مع ذلك يجب على من ينصبه
مراقبته و منعه من التعرض لاحد من المسلمين
4. Kanz al-Raghibin dan Hasyiyah al-Qulyubi, Jilid IV, h. 156
ولا يستعان عليهم بكافر) لأنه يحرم تسليطه على المسلمين
قوله: ولا يستعان) فيحرم إلا لضرورة
5. Al-Ahkam al-Sulthaniyah, hal. 22
والوزارة على ضربين وزارة تـفويض ووزارة
تـنـفيذ. اما وزارةالتـفويض فهى ان يستوزر الإسلام من يفوض اليه تدبـير
الأمور برأيه وإمـضاء ها على اجتـهاده
6. Al-Ahkam al-Sulthaniyah, hal. 23
واما وزارة التـنـفيـذ فحكمها اضعـف وشروطها اقل لأن النـظر فيها مقـصور على رأي الإمام وتـدبـيره
Pojok Apis Sanangondang kemudian hukum bekerja pada non muslim trdapat khilaf lintas madzhab
Menurut pendapat yang paling shahih pada madzhab Syafi’i boleh sedang madzhab Hanbali sepakat membolehkannya.
MADZHAB SYAFI’I
فرع
يجوز أن يستأجر الكافر مسلماً على عمل في الذمة كدين في ويجوز أن
يستأجره بعينه على الأصح حراً كان أو عبدا
“Diperbolehkan
non muslim menyewa orang muslim untuk mengerjakan sesuatu yang masih ada dalam
tanggungan (masih akan
dikerjakan kemudian)
sebagaimana orang
muslim boleh membeli sesuatu dari orang non muslim dengan bayaran yang
masih ada dalam tanggungan
(hutang), dan diperbolehkan
orang muslim boleh menyewakan
dirinya (tubuh/tenaganya)
kepada orang non muslim menurut pendapat yang paling shahih baik ia
merdeka atau sahaya”
Raudhah at-Thoolibiin
I/403
(فرع) قال أصحانبا يجوز أن يستأجر الكافر مسلما على عمل في الذمة بلا
خلاف كما يجوز للمسلم أن يشترى منه شيئا بثمن في الذمة وهل يجوز للمسلم أن
يؤجر نفسه لكافر إجارة على عينه فيه طريقان مشهوران ذكرهما المصنف في أول
كتاب الاجارة (أصحهما) الجواز
“Para pengikut imam Syafi’i berpendapat bahwa orang non muslim boleh menyewa
orang muslim untuk mengerjakan
sesuatu yang masih ada dalam tanggungan (masih akan dikerjakan kemudian) sebagaimana orang muslim boleh membeli sesuatu
dari orang non muslim dengan bayaran yang masih ada dalam tanggungan (hutang).
Tentang kebolehan sewa menyewa ini, tidak ada seorangpun yang berbeda pendapat. Lalu, apakah
orang muslim boleh menyewakan
dirinya (tubuh/tenaganya)
kepada orang non muslim? Dalam permasalah ini ada dua pendapat yang masyhur.
Kedua pendapat itu disebutkan
oleh mushannif di awal kirab Ijârah. Akan tetapi, pendapat yang paling
shahih adalah pendapat yang mengatakan boleh."
Al-Majmuu’
ala Syarh al-Muhadzdzab
IX/359
MADZHAB HANBALI
( 3181 ) فَصْلٌ : وَلَوْ أَجَّرَ مُسْلِمٌ نَفْسَهُ لِذِمِّيِّ ، لِعَمَلٍ فِي ذِمَّتِهِ ، صَحَّ ؛ {
لِأَنَّ عَلِيًّا ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَجَرَ نَفْسَهُ مِنْ
يَهُودِيٍّ ، يَسْتَقِي
لَهُ كُلَّ دَلْوٍ بِتَمْرَةٍ
، وَأَتَى بِذَلِكَ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَكَلَهُ} وَفَعَلَ ذَلِكَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ ، وَأَتَى بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَلَمْ يُنْكِرْهُ
.وَلِأَنَّهُ لَا
صَغَارَ عَلَيْهِ فِي ذَلِكَ .وَإِنْ اسْتَأْجَرَهُ فِي مُدَّةٍ ، كَيَوْمٍ ، أَوْ
شَهْرٍ فَفِيهِ وَجْهَانِ ؛ أَحَدُهُمَا ، لَا يَصِحُّ ؛ لِأَنَّ فِيهِ
اسْتِيلَاءً عَلَيْهِ ،
وَصَغَارًا ، أَشْبَهَ
الشِّرَاءَ
.وَالثَّانِي ، يَصِحُّ
.وَهُوَ أَوْلَى ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ عَمَلٌ فِي مُقَابَلَةِ عِوَضٍ ، أَشْبَهَ الْعَمَلَ فِي
ذِمَّتِهِ ، وَلَا يُشْبِهُ الْمِلْكَ ؛ لِأَنَّ الْمِلْكَ يَقْتَضِي
سُلْطَانًا ،
وَاسْتِدَامَةً ،
وَتَصَرُّفًا
بِأَنْوَاعِ التَّصَرُّفَاتِ فِي رَقَبَتِهِ ، بِخِلَافِ الْإِجَارَةِ .
"Seandainya
orang muslim mempekerjakan
dirinya pada kafir dzimmi untuk mengerjakan sesuatu, maka akad sewa menyewa
tersebut sah. Karena sayyidina Ali ra. pernah menyewakan dirinya pada orang yahudi untuk
menyiram ladang milik yahudi dengan upah setiap satu timba air digaji
dengan sebuah kurma. Kemudian sayyidina Ali memberikan kurma tersebut pada nabi dan dimakan
oleh Nabi. Perbuatan sayyidina Ali tersebut ditiru oleh seorang
laki-laki dari golongan Anshar dan memberikan kurma yang didapatnya pada nabi. Nabipun tidak pernah
mengingkari perbuatan
tersebut.
Alasan selanjutnya
adalah karena tidak ada unsur penghinaan pada orang muslim dalam akad ijarah
tersebut. Akan tetapi, bila orang non muslim menyewa orang muslim untuk
suatu masa tertentu, misalnya satu hari atau sebulan, maka dalam hal
ini ada dua pendapat.
Pendapat pertama mengatakan bahwa akad tersebut tidak sah karena
mengandung unsur
penguasaan dan
penghinaan terhadap
orang muslim. Ketentuan ini sama dengan menjual budak muslim pada orang
non muslim. Pendapat kedua mengatakan akad tersebut sah.
Pendapat kedua inilah yang paling sahih karena ijârah
merupakan suatu pekerjaan yang diimbangi dengan bayaran (upah) sehingga
menyerupai perjanjian untuk bekerja, tidak sama dengan
kepemilikan (dalam
budak yang diperjualbelikan),
karena kepemilikan
mengakibatkan adanya
penguasaan,
kepemilikan untuk
selamanya, serta
pemanfaatan secara bebas.
Hal ini berbeda dengan ijârah."
Al-Mughni ala al-Quddaamah
VIII/495
EmoticonEmoticon