Tuesday, 23 December 2014

Arwah Manusia Setelah Kematian Sebelum Kiamat

Asslmualaikum pk yai,bu nyai,,,stlah mti&sblm hr kiamat roh mnusia tu tmptnya dmn???

jawaban

  • NA Kami NerashUke waalaikum salaam ...
    Roh-roh tersebut berada di suatu tempat sesuai dengan derajat atau tingkatan sebagaimana ketentuan berikut:
    a) Roh para nabi akan ditempatkan di surga ‘Illiyin
    . b) Roh para syuhada
    ditempatkan dalam perut burung hijau yang sewaktu-waktu bisa terbang ke surga.
    c) Sedangkan tempat roh orang-orang mukmin, para ulama berbeda
    pendapat. Menurut pendapat Imam Syafi’i, roh
    orang mukmin yang belum mukallaf akan ditempatkan dalam lentera yang
    tergantung di dinding Arsy dan sewaktu-waktu bisa pergi ke surge. Sedangkan
    roh orang mukmin yang sudah mukallaf menurut Imam Ahmad akan ditempatkan
    dalam surge. Menurut Syeikh Wahab, roh tersebut akan ditempatkan dalam
    rumah putih yang berada di atas langit yang ketujuh. Lain halnya dengan
    pendapat Imam Mujahid, menurut beliau roh-roh tersebut selama seminggu setelah
    kematian akan berada di sekitar kuburan, baru kemudian dipindahkan ke tempat
    lain. Dan menurut sumber yang ditarjih oleh Imam Ibnu Abd al-Barr
    mangatakan bahwa roh orang mukmin selain para syuhada bersemayam di sekitar
    kuburan mereka namun diberi kebebasan pergi ke manapun sekehendak mereka. Dan masih ada pendapat lain yang tidak jelas dari siapa
    menjelaskan bahwa roh mereka ditempatkan di suatu tempat di muka bumi ini yaitu
    dalam kolam yang sangat besar. Sedangkan roh orang-orang kafir ditempatkan
    suatu daerah yang bernama Barhut yaitu tempat yang sangat angker, tandus dan
    tak bertuan di kawasan Hadhramaut (Yaman).

    · Referensi:
    al-Fatawi al-Haditsiyah halaman 6.
    مَطْلَبٌ أَرْوَاحُ الأَنْبِيَاءِ فِي
    أَعْلَى عِلِّيِّيْنَ وَأَرْوَاحُ الشُّهَدَاءِ فِي أَجْوَافِ طُيُوْرٍ خُضْرٍ
    وَأَمَّا غَيْرُهُمْ فَفِيْهِ تَفْصِيْلٌ وَاخْتِلَافٌ وَذَكَرَ ابْنُ رَجَبَ
    أَنَّ الأَنْبِيَاءَ صلواتُ اللهِ وسلامُهُ عليْهِمْ تَكُوْنُ أَرْوَاحَهُمْ فِي
    أَعْلَى عِلِّيِّيْنَ وَيُؤَيِّدُهُ قَوْلُهُ صلى الله عليه وسلم " اللّهُمَّ
    الرَّفِيْقَ الأَعْلَى " وَأَكْثَرُ الْعُلَمَاءِ أَنَّ أَرْوَاحَ
    الشُّهَدَاِء فِي أَجْوَافِ طُيُوْرٍ خُضْرٍ لهَاَ قَنَادِيْلُ مُعَلَّقَةٌ
    بِالْعَرْشِ تَسْرَحُ فِي الْجَنَّةِ حَيْثُ تَشَاُء كَمَا فِي مُسْلِمٍ
    وَغَيْرِهِ وَأَمَّا بَقِيَّةُ الْمُؤْمِنِيْنَ فَنَصَّ الشَّافِعِيُّ رضي اللهُ
    عَنْهُ وَرَحِمَهُ عَلَى أَنَّ مَنْ لَمْ يَبْلُغِ التَّكْلِيْفَ مِنْهُمْ فِي
    الْجَنَّةِِ حَيْثُ شَاءُوا فَتَأْوِى إِلَى قَنَادِيْلَ مُعَلَّقَةٍ بِالعَرْشِ
    وَأَخْرَجَهُ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ ابْنِ مَسْعُوْدٍ, وَأَمَّا أَهْلُ
    التَّكْلِيْفِ فَفِيْهِمْ خِلَافٌ كَثِيْرٌعَنْ أَحْمَدَ أنَّهَا فِي الْجَنَّةِ
    وَعَنْ وَهْبٍ أنَّهَا فِي دَارٍ يُقَالُ لَهَا الْبَيْضَاءُ فِي السَّمَاءِ
    السَّابِعَةِ وَعَنْ مُجَاهِدٍ تَكُونُ عَلَى الْقُبُورِ سَبْعَةَ أَيَّامٍ مِنْ
    يَوْمِ دَفْنٍ َلا تُفَارِقُهُ أيْ ثُمَّ تُفَارِقُهُ بَعْدَ ذَلِكَ إلَى قَوْلِهِ
    ... وَقِيْلَ إنَّهَا تَزُوْرُ قُبُورَهَا يَعْنِي عَلَى الدَّوامِ وَلِذَا سُنُّ
    زِيارَةِ الْقُبُورِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ وَيَوْمِها وَبُكْرَةَ السَّبْتِ
    اِنْتَهَى . وَرَجَّحَ ابْنُ عَبْدِ الْبَرِّ: اَنَّ أرْواحَ غَيْرِ الشُّهَدَاءِ
    فِي اَفْنِيَةِ الْقُبُورِ تَسْرَحُ حَيْثُ شَائَتْ . وَقالَ فِرْقَةٌ: تَجْتَمِعُ
    اْلأرْواحُ بِمَوْضِعٍ مِنَ اْلأَرْضِ كَمَا رُوِيَ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ
    " أَرْوَاحُ الْمُؤْمِنِيْنَ تَجْتَمِعُ بِالْجَابِيَّةِ وَأمَّا أرْواحُ
    الْكُفَّارِ فَتَجْتَمِعُ بِسَبْخَةِ حَضْرَمَوْتَ يُقالُ لَهَا بَرَهُوْتُ وَلِذا
    وَرَدَ " أَبْغَضُ بُقْعَةٍ فِي اْلأَرْضِ وَادٍ بِحَضْرَ مَوْتَ يُقَالُ
    بَرَهُوْتُ فِيْهِ أرْواحُ الْكُفَّارِ " وَفِيْهِ بِئْرُ مَاءٍ يُرَى
    بِالنَّهَارِ أَسْوَدَ كَأنَّهُ قَيْحٌ يَأْوِى إلَيْهَا بِالنَّهَارِ الْهَوَامُّ
    . قَالَ سُفْيَانُ: وَسَأَلْنَا الْحَضْرَمِيِّيْنَ فَقَالُوا لاَيَسْتَطِيْعُ
    أَحَدٌ أنْ يَّثْبُتَ فِيْهِ باللَّيْلِ وَاللهُ سُبْحَانَهُ أَعْلَمُ .

  • NA Kami NerashUke Kemudian mas Cakrul Gus-slewang biasanya Asumsi masyarakat mengenai roh gentayangan telah begitu kental tertancap di keyakinan mereka. Padahal mungkin saja itu semua hanya
    sekedar mitos warisan para nenek moyang sehingga dari hal tersebut ada sebuah
    permasalahan yakni benarkah roh orang yang telah meninggal bisa mendatangi
    kuburan tempat pemakamannya pada waktu-waktu tertentu atau bahkan menjenguk
    rumah dan keluarganya dan apakah roh itu bisa melihat mereka?
    · nah, Jawabannya :
    Dalam hadits shahih telah dijelaskan
    bahwa roh orang yang telah meninggal dunia bisa masuk ke jasadnya kembali.
    Namun hal ini hanya berlaku bagi sebagian orang saja, tidak semuanya. Dan Imam
    al-Yafi’i juga mengatakan bahwa menurut madzhab Ahlussunnah, sesungguhnya
    roh-roh orang-orang yang telah meninggal pada saat-saat tertentu dikembalikan
    lagi ke jasadnya yang berada dalam kubur terutama pada malam Jum’at. Bahkan
    menurut keterangan Imam al-Qurthubiy mengatakan bahwa roh tersebut juga diberi
    kesempatan mendatangi rumah keluarganya pada saat-saat yang memang dikehendaki
    Allah. Dan apakah roh-roh tersebut adalah yang dimaksud dengan roh gentayangan
    atau dikenal dengan sebutan hantu? Hal ini akan dijelaskan dalam pembahasan
    mendatang.
    · Referensi: al-Fatawi al-Fiqhiyah al-Kubra juz 4 halaman 234-235.
    (سُئِلَ)
    عَنْ الْأَرْوَاحِ هَلْ وَرَدَ أَنَّهَا تَأْتِي إلَى الْقُبُورِ فِي كُلِّ
    لَيْلَةِ جُمُعَةٍ تَزُورُهَا وَتَمْكُثُ عَلَى ظَاهِرِهَا إلَى غُرُوبِ شَمْسِهَا
    ، وَإِنَّهَا تَأْتِي دُورَ أَهْلِهَا وَهَلْ تَأْتِي إلَى الْقُبُورِ فِي سَائِرِ
    أَيَّامِ الْجُمُعَةِ وَهَلْ تُبْصِرُ مَنْ هُنَاكَ أَوْ لَا؟ (فَأَجَابَ)
    بِأَنَّهُ قَدْ ثَبَتَ فِي الْحَدِيثِ الصَّحِيحِ عَوْدُ الرُّوحِ إلَى الْجَسَدِ
    فِي الْقَبْرِ لِسَائِرِ الْمَوْتَى وَقَدْ قَالَ الْيَافِعِيُّ مَذْهَبُ أَهْلِ
    السُّنَّةِ أَنَّ أَرْوَاحَ الْمَوْتَى تُرَدُّ فِي بَعْضِ الْأَوْقَاتِ مِنْ
    عِلِّيِّينَ أَوْ مِنْ سِجِّينٍ إلَى أَجْسَادِهِمْ فِي قُبُورِهِمْ عِنْدَ
    إرَادَةِ اللَّهِ تَعَالَى وَخُصُوصًا لَيْلَةَ الْجُمُعَةِإلى أن قال ... قال
    القرطبي قَالَ الْقُرْطُبِيُّ وَقَدْ قِيلَ إنَّهَا تَزُورُ قُبُورَهَا كُلَّ
    جُمُعَةٍ عَلَى الدَّوَامِ وَقَدْ وَرَدَ أَنَّهَا تَأْتِي قُبُورَهَا وَدُورَ
    أَهْلِهَا فِي وَقْتٍ يُرِيدُهُ اللَّهُ لَهَا ؛ لِأَنَّهَا مَأْذُونٌ لَهَا فِي
    التَّصَرُّفِ ، وَإِنَّهَا تُبْصِرُ مَنْ هُنَاكَ سَوَاءٌ أَتَتْ إلَى الْقُبُورِ
    أَمْ الدُّورِ .

  • NA Kami NerashUke tambahan : ...
    Sebagaimana banyak diyakini masyarakat timur yang sudah turun-temurun bahwa orang
    yang pada masa hidupnya selalu berbuat maksiat atau
    mati di hari-hari tertentu seperti Jum’at Kliwon, maka setelah dia mati akan
    menjadi hantu-hantu gentayangan yang selalu mengganggu ketenteraman manusia.
    Bahkan dia mampu menuntut balas atas kematiannya kalau dia mati terbunuh.
    Hantu-hantu ini ada yang meyebutkan jerangkong, sundel bolong, pocong dan
    banyak istilah lain lagi. Benarkah orang yang sudah meninggal dunia dapat
    bangkit lagi dan menjadi hantu gentayangan? Kalau memang benar, apakah yang
    keluar dari kubur tersebut, jasad ataukah rohnya? Dan kalau tidak benar,
    bagaimana hukum mempercayainya, mengingat hal ini sudah turun-temurun? Dan
    bagaimana pula cara mengusirnya?
    · Jawaban:
    Fenomena hantu seperti pocong,
    jerangkong, sundel bolong dan entah apa lagi namanya, memang seakan sudah
    tertancap begitu dalamnya di lubuk hati masyarakat sekitar kita. Hal ini
    tentunya harus disikapi dengan arif dan bijak. Sehubungan dengan masalah bangkitnya orang yang sudah
    meninggal dunia dari alam kuburnya, setidaknya ada tiga kemungkinan pilihan
    sebagai perbandingan benar tidaknya keyakinan di atas. Pertama:
    yang bangkit dari alam kubur tersebut memang jasad dari orang yang telah
    meninggal dunia. Dan hal ini merupakan suatu ketololan apabila langsung
    dipercaya dan diyakini. Karena secara akal jasad orang yang telah meninggal
    dunia pasti mengalami pembusukan dan sangat tidak beralasan apabila dia
    tiba-tiba punya kekuatan dapat membelah bumi atau kuburnya untuk bangkit
    kembali. Sehingga apabila hal ini yang diyakini, jelas tidak beralasan dan
    mengada-ada. Hanya orang bodoh saja yang akan tertipu. Kedua:
    yang bangkit tersebut bukan jasad dari orang yang telah meningal dunia akan
    tetapi rohnya. Kalau hal ini yang terjadi maka jelas-jelas bertentangan
    dengan salah satu hadits Nabi Saw. yang berbunyi sebagai berikut:
    لَا
    عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ
    “Tidak ada sesuatu (selain Allah)
    yang dapat membuat keburukan, tidak ada suara burung sebagai pertanda akan
    datangnya keburukan, tidak ada penampakan roh dan tidak ada ular yang berada
    dalam perut.“ Hadits ini menolak tegas terhadap
    segala bentuk penampakan roh-roh manusia dalam wujud apapun sekaligus melarang
    untuk mempercayainya. Sehingga apabila ada yang meyakini bahwa roh orang yang
    telah meninggal dapat bangkit kembali dan menampakkan diri dalam wujud-wujud
    yang menyeramkan misalnya, itu sama artinya dengan meyakini sesuatu yang
    dilarang agama untuk diyakini. Ketiga: makhluk lain yang sengaja merubah
    wujud yang sama dengan orang yang telah meninggal dunia. Dalam hal ini Nabi Saw. pernah
    bersabda:
    لَا
    غَوْلَ وَلَكِنْ السَّعَالَي
    “Tidak ada
    setan yang menampakkan diri tapi jin Sa’ala.“ Hadits ini dimaksudkan untuk menolak keyakinan bahwa pada
    saat itu di padang sahara ada setan yang menampakkan diri dan selalu mengganggu
    manusia dengan menyesatkan mereka yang melewati gurun sahara. Dengan hadits ini
    Nabi Saw. mengingatkan mereka bahwa makhluk itu sebetulnya tidak ada. Yang ada
    adalah jin bernama Sa’ala yang diberi kemampuan dapat merubah wujud dalam
    bentuk yang dikehendakinya. Dan walaupun makhluk ini dinyatakan ada pada
    hakikatnya, kemampuannya tak dapat membahayakan manusia. Hanya Allah saja yang
    mampu. Dengan hadits ini dapat disimpulkan bahwa memang ada makhluk
    halus bernama Sa’ala yang mampu merubah wujud dalam bentuk lain termasuk dalam
    bentuk orang yang telah meninggal dunia sebagaimana di atas. Namun yang perlu
    diyakini bahwa pada hakikatnya hanya Allah saja yang mampu berbuat. Kemudian
    benarkah hantu-hantu tersebut adalah jin yang bernama Sa’ala? Wallahu a’lam.
    Sedangkan cara mengusir hantu jin tersebut adalah dengan segera melakukan
    adzan.

    · Referensi:
    Qurrot al-'Ain bi Fatawi Isma'il
    Zain halaman 20 dan al-Adab asy-Syar'iyyah juz 3 halaman 369.

Kitab Kuning Menjawab

Advertisement

2 comments

ki www.ngaji.web.id
komentare jo lali


EmoticonEmoticon