Kentut Kok Yang Dibasuh Wajah Ketika Wudhu
Asslm alkm wmtllh wbrkth ?
Kpd teman2 yg saya h0rmati dan yg d mulykn 0leh allah swt.
Km mw nxa maslah wduk...
Kpd teman2 yg saya h0rmati dan yg d mulykn 0leh allah swt.
Km mw nxa maslah wduk...
kal0 kit KENTUT /BUANG AIR BESAR,mngapa Hrus wajah,tangn dan dll, yg sya twkan, k0k bkan kubul/dubur yg d basuh.
Mh0n penjelasanx,l0k gag kberatn dngan DALIL nya.
Skian dr kmie
Mh0n penjelasanx,l0k gag kberatn dngan DALIL nya.
Skian dr kmie
SummAsslm alkm wmtllh wbrkth ?
CahBaguz IngnCndry
pertanyaanya keren . . begini ya, bersuci atau toharoh itu dibagi menjadi 2, ,yaitu toharoh ainiyah dan hukmiyah. .toharoh ainiyah adalah bersuci yg tidak mengenai pada selain perkara yg mewajibkan nya. misalnya tangan kita kena najis, maka yg di basuh ya hanya tangannya saja, kaki nggak usah. .naah, yg kamu tanyakan tu adalah toharoh hukmiyah, , yaitu bersuci yg melewati pd perkara yg mewajibkannya. .contoh . .yg kentut dubur, tp yg dibasuh wajah. . uqe?? : )
ni dalilnya . . وَتَنْقَسِمُ الطَّهَارَةُ إلَى عَيْنِيَّةٍ وَحُكْمِيَّةٍ فَالْعَيْنِيَّةُ مَا لَا تَتَجَاوَزُ مَحَلَّ حُلُولِ مُوجِبِهَا كَغَسْلِ الْخَبَثِ وَالْحُكْمِيَّةُ مَا تَتَجَاوَزُ ذَلِكَ كَالْوُضُوءِ
Abahe Fatih Syeh ali ahmad al jurjawi Dlm ktb Hikmah at-Tasyri’ wa Falsafatuh, juz 1 hal. 66-67
ﻭﻟﺮﺏ ﻗﺎﺋﻞ ﻳﻘﻮﻝ : ﻟﻤﺎﺫﺍ ﻋﻨﺪ ﺧﺮﻭﺝ ﺍﻟﺮﻳﺢ ﺍﻟﺬﻱ ﻫﻮ ﻣﻦ ﻧﻮﺍﻗﺾ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﻻ ﻳﻐﺴﻞ ﺍﻟﻌﻀﻮ ﺍﻟﺬﻱ ﺧﺮﺝ ﻣﻨﻪ ﻣﻊ ﺃﻧﻪ ﺍﻟﻤﺤﻞ ﺍﻟﻤﻤﺎﺱ ﻟﻠﺮﻳﺢ ﺍﻟﺬﻱ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺴﺒﺐ ﻓﻲ ﺇﻋﺎﺩﺓ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﺑﻬﺬﻩ ﺍﻟﻜﻴﻔﻴﺔ ﻭﺗﻐﺴﻞ ﺍﻷﻋﻀﺎﺀ ﺍﻷﺧﺮﻯ ﺍﻟﺘﻲ ﻻ ﺩﺧﻞ ﻟﻬﺎ ﻓﻲ ﻣﻮﺿﻮﻉ ﺍﻟﻨﻘﺾ. ﻓﻨﻘﻮﻝ ﻟﻪ : ﺇﻥ ﺍﻟﺮﻳﺢ ﺍﻟﺨﺎﺭﺝ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻤﻮﺿﻊ ﻟﻴﺲ ﻟﻪ ﺃﺩﻧﻰ ﺃﺛﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﺣﺘﻰ ﻧﻘﻮﻝ ﺃﻥ ﺍﻷﺛﺮ ﻗﺪ ﺯﺍﻝ ﺑﺎﻟﻐﺴﻞ. ﻭﻫﻮ ﺃﻳﻀﺎ ﻟﻴﺲ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻮﺍﺿﻊ ﺍﻟﺘﻲ ﻳﻘﻊ ﺍﻟﻨﻈﺮ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻓﻴﻐﺴﻞ ﻛﺒﺎﻗﻲ ﺃﻋﻀﺎﺀ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﺍﻟﻤﺨﺼﻮﺻﺔ. ﻭﻟﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﺧﺮﻭﺟﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﺴﻢ ﻳﺤﺪﺙ ﻓﺘﻮﺭﺍ ﻓﻲ ﺍﻷﻋﻀﺎﺀ ﻣﻊ ﺍﻟﺮﺍﺋﺤﺔ ﺍﻟﻜﺮﻳﻬﺔ ﻓﻴﻐﺴﻞ ﻫﺬﻩ ﺍﻻﻋﻀﺎﺀ ﻳﺬﻫﺐ ﺍﻟﻜﺴﻞ ﺍﻟﺬﻱ ﺣﺼﻞ. ﻭﺍﻟﻌﻀﻮ ﺍﻟﻤﺨﺼﻮﺹ ﻟﻴﺲ ﻣﻦ ﺍﻷﻋﻀﺎﺀ ﺍﻟﺘﻲ ﺑﻐﺴﻠﻬﺎ ﺃﻭ ﻣﺴﺤﻬﺎ ﻳﺤﺼﻞ ﺍﻟﻨﺸﺎﻁ ﻭﻳﺬﻫﺐ ﺍﻟﻔﺘﻮﺭ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﺴﻢ. ﻫﺬﻩ ﻫﻲ ﺍﻟﺤﻜﻤﺔ ﻣﻦ ﺣﻴﺚ ﻓﺮﺽ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﻹﺯﺍﻟﺔ ﺍﻟﻨﺠﺎﺳﺔ ﺍﻟﻤﺤﺴﻮﺳﺔ ﻭﻣﺎ ﻓﻲ ﺣﻜﻤﻬﺎ. ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﺤﻜﻢ ﺍﻟﻤﺘﻌﻠﻘﺔ ﺑﺈﺯﺍﻟﺔ ﺍﻟﻨﺠﺎﺳﺔ ﺍﻟﻤﻌﻨﻮﻳﺔ. ﻓﻬﻲ ﺇﻥ ﺍﻟﺮﻳﺢ ﺇﺫﺍ ﺧﺮﺝ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻮﻑ ﻛﺎﻥ ﺑﻤﺜﺎﺑﺔ ﺩﺍﺀ ﺯﺍﻝ ﻋﻦ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﺍﺫﺍ ﺣﺒﺴﻪ ﻓﻲ ﺟﻮﻓﻪ ﻣﻦ ﺃﺷﺪ ﺍﻻﺷﻴﺎﺀ ﺿﺮﺭﺍ ﻭﺧﻄﺮﺍ ﻋﻠﻰ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﻓﺨﺮﻭﺟﻪ ﺷﻔﺎﺀ ﻣﻨﻪ. ﻭﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﺑﻌﺪ ﺫﻟﻚ ﺑﻬﺬﻩ ﺍﻟﻜﻴﻔﻴﺔ ﻳﻜﻮﻥ ﺑﻤﺜﺎﺑﺔ ﺷﻜﺮ ﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺍﻟﺬﻱ ﻣﻦّ ﻋﻠﻴﻪ ﺑﻤﻨﺔ ﺍﻟﺸﻔﺎﺀ ﺑﺨﺮﻭﺟﻪ
Penjelasan dari Syekh Ali Ahmad Al- Jurjawi yang menjelaskan mengenai hikmah dibalik hukum tersebut, dalam kitab beliau, Hikmah At-tasyri’ wa Falsafatuh, berikut penjelasan beliau: “Mungkin ada orang yang menanyakan, mengapa saat buang angina (kentut) yang merupakan salah satu sebab batalnya wudhu yang dibasuh bukan anggota badan tempat keluarnya angin yang menjadi sebab wudhu harus diulangi lagi dengan cara ini, sedangkan yang dibasuh adalah anggota-anggota badan yang lain yang tak ada kaitannya dengan sebab batalnya wudhu. Maka kami katakan; sesungguhnya angina yang keluar dari tempat tersebut sama sekali tak berpengaruh secara dhohir, sehingga bisa kita bisa mengatakan bahwa bekasnya telah hilang ketika dibasuh. Selain itu bagian keluarnya angina tersebut tidak termasuk bagian-bagian yang biasa dilihat, sehingga perlu dibasuh, sebagaimana anggota-anggota tubuh yang dibasuh saat wudhu. Hanya saja ketika angina tersebut keluar anggota badan terasa lemas disertai dengan adanya bau yang tidak sedap, maka anggota- anggota badan yang dibasuh ketika wudhu yang dibasuh dengan tujuan untuk menghilangkan kemalasan yang ditimbulkan keluarnya angina tersebut. Yang dibasuh bukan anggota tubuh tempat keluarnya angina tersebut sebab anggota tubuh tersebuh ketika dibasuh atau diusah tidak menjadikan pulihnya semangat dan hilangnya lemas yang dirasakan. Hal diatas jika dilihat dari sudut pandang wudhu sebagai cara untuk menghilangkan kotoran yang nampak (najasah mahsusah) dan hal lain yang berkaitan hukumnya dengan itu. Sedangkan dipandang dari segi hukum yang berkaitan dengan menghilangkan kotoran yang tidak nampak (najis maknawiyah); ketika angin tersebut keluar dari dalam tubuh, hal tersebut sama saja dengan keluarnya penyakit dari manusia jika tertahan didalam tubuh aakan sangat membahayakan manusia, jadi keluarnya angina tersebut merupakan obat dari penyakit tersebut. Dari sudut pandang inidisyariatkannya wudhu dengan cara ini merupakan wujud syukur kepada Allah ta’ala yang telah memberi kenikmatan berupa keluarnya angina tersebut.” Wallahu a’lam..
CahBaguz IngnCndry
pertanyaanya keren . . begini ya, bersuci atau toharoh itu dibagi menjadi 2, ,yaitu toharoh ainiyah dan hukmiyah. .toharoh ainiyah adalah bersuci yg tidak mengenai pada selain perkara yg mewajibkan nya. misalnya tangan kita kena najis, maka yg di basuh ya hanya tangannya saja, kaki nggak usah. .naah, yg kamu tanyakan tu adalah toharoh hukmiyah, , yaitu bersuci yg melewati pd perkara yg mewajibkannya. .contoh . .yg kentut dubur, tp yg dibasuh wajah. . uqe?? : )
ni dalilnya . . وَتَنْقَسِمُ الطَّهَارَةُ إلَى عَيْنِيَّةٍ وَحُكْمِيَّةٍ فَالْعَيْنِيَّةُ مَا لَا تَتَجَاوَزُ مَحَلَّ حُلُولِ مُوجِبِهَا كَغَسْلِ الْخَبَثِ وَالْحُكْمِيَّةُ مَا تَتَجَاوَزُ ذَلِكَ كَالْوُضُوءِ
Abahe Fatih Syeh ali ahmad al jurjawi Dlm ktb Hikmah at-Tasyri’ wa Falsafatuh, juz 1 hal. 66-67
ﻭﻟﺮﺏ ﻗﺎﺋﻞ ﻳﻘﻮﻝ : ﻟﻤﺎﺫﺍ ﻋﻨﺪ ﺧﺮﻭﺝ ﺍﻟﺮﻳﺢ ﺍﻟﺬﻱ ﻫﻮ ﻣﻦ ﻧﻮﺍﻗﺾ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﻻ ﻳﻐﺴﻞ ﺍﻟﻌﻀﻮ ﺍﻟﺬﻱ ﺧﺮﺝ ﻣﻨﻪ ﻣﻊ ﺃﻧﻪ ﺍﻟﻤﺤﻞ ﺍﻟﻤﻤﺎﺱ ﻟﻠﺮﻳﺢ ﺍﻟﺬﻱ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺴﺒﺐ ﻓﻲ ﺇﻋﺎﺩﺓ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﺑﻬﺬﻩ ﺍﻟﻜﻴﻔﻴﺔ ﻭﺗﻐﺴﻞ ﺍﻷﻋﻀﺎﺀ ﺍﻷﺧﺮﻯ ﺍﻟﺘﻲ ﻻ ﺩﺧﻞ ﻟﻬﺎ ﻓﻲ ﻣﻮﺿﻮﻉ ﺍﻟﻨﻘﺾ. ﻓﻨﻘﻮﻝ ﻟﻪ : ﺇﻥ ﺍﻟﺮﻳﺢ ﺍﻟﺨﺎﺭﺝ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻤﻮﺿﻊ ﻟﻴﺲ ﻟﻪ ﺃﺩﻧﻰ ﺃﺛﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﺣﺘﻰ ﻧﻘﻮﻝ ﺃﻥ ﺍﻷﺛﺮ ﻗﺪ ﺯﺍﻝ ﺑﺎﻟﻐﺴﻞ. ﻭﻫﻮ ﺃﻳﻀﺎ ﻟﻴﺲ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻮﺍﺿﻊ ﺍﻟﺘﻲ ﻳﻘﻊ ﺍﻟﻨﻈﺮ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻓﻴﻐﺴﻞ ﻛﺒﺎﻗﻲ ﺃﻋﻀﺎﺀ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﺍﻟﻤﺨﺼﻮﺻﺔ. ﻭﻟﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﺧﺮﻭﺟﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﺴﻢ ﻳﺤﺪﺙ ﻓﺘﻮﺭﺍ ﻓﻲ ﺍﻷﻋﻀﺎﺀ ﻣﻊ ﺍﻟﺮﺍﺋﺤﺔ ﺍﻟﻜﺮﻳﻬﺔ ﻓﻴﻐﺴﻞ ﻫﺬﻩ ﺍﻻﻋﻀﺎﺀ ﻳﺬﻫﺐ ﺍﻟﻜﺴﻞ ﺍﻟﺬﻱ ﺣﺼﻞ. ﻭﺍﻟﻌﻀﻮ ﺍﻟﻤﺨﺼﻮﺹ ﻟﻴﺲ ﻣﻦ ﺍﻷﻋﻀﺎﺀ ﺍﻟﺘﻲ ﺑﻐﺴﻠﻬﺎ ﺃﻭ ﻣﺴﺤﻬﺎ ﻳﺤﺼﻞ ﺍﻟﻨﺸﺎﻁ ﻭﻳﺬﻫﺐ ﺍﻟﻔﺘﻮﺭ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﺴﻢ. ﻫﺬﻩ ﻫﻲ ﺍﻟﺤﻜﻤﺔ ﻣﻦ ﺣﻴﺚ ﻓﺮﺽ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﻹﺯﺍﻟﺔ ﺍﻟﻨﺠﺎﺳﺔ ﺍﻟﻤﺤﺴﻮﺳﺔ ﻭﻣﺎ ﻓﻲ ﺣﻜﻤﻬﺎ. ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﺤﻜﻢ ﺍﻟﻤﺘﻌﻠﻘﺔ ﺑﺈﺯﺍﻟﺔ ﺍﻟﻨﺠﺎﺳﺔ ﺍﻟﻤﻌﻨﻮﻳﺔ. ﻓﻬﻲ ﺇﻥ ﺍﻟﺮﻳﺢ ﺇﺫﺍ ﺧﺮﺝ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻮﻑ ﻛﺎﻥ ﺑﻤﺜﺎﺑﺔ ﺩﺍﺀ ﺯﺍﻝ ﻋﻦ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﺍﺫﺍ ﺣﺒﺴﻪ ﻓﻲ ﺟﻮﻓﻪ ﻣﻦ ﺃﺷﺪ ﺍﻻﺷﻴﺎﺀ ﺿﺮﺭﺍ ﻭﺧﻄﺮﺍ ﻋﻠﻰ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﻓﺨﺮﻭﺟﻪ ﺷﻔﺎﺀ ﻣﻨﻪ. ﻭﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﺑﻌﺪ ﺫﻟﻚ ﺑﻬﺬﻩ ﺍﻟﻜﻴﻔﻴﺔ ﻳﻜﻮﻥ ﺑﻤﺜﺎﺑﺔ ﺷﻜﺮ ﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺍﻟﺬﻱ ﻣﻦّ ﻋﻠﻴﻪ ﺑﻤﻨﺔ ﺍﻟﺸﻔﺎﺀ ﺑﺨﺮﻭﺟﻪ
Penjelasan dari Syekh Ali Ahmad Al- Jurjawi yang menjelaskan mengenai hikmah dibalik hukum tersebut, dalam kitab beliau, Hikmah At-tasyri’ wa Falsafatuh, berikut penjelasan beliau: “Mungkin ada orang yang menanyakan, mengapa saat buang angina (kentut) yang merupakan salah satu sebab batalnya wudhu yang dibasuh bukan anggota badan tempat keluarnya angin yang menjadi sebab wudhu harus diulangi lagi dengan cara ini, sedangkan yang dibasuh adalah anggota-anggota badan yang lain yang tak ada kaitannya dengan sebab batalnya wudhu. Maka kami katakan; sesungguhnya angina yang keluar dari tempat tersebut sama sekali tak berpengaruh secara dhohir, sehingga bisa kita bisa mengatakan bahwa bekasnya telah hilang ketika dibasuh. Selain itu bagian keluarnya angina tersebut tidak termasuk bagian-bagian yang biasa dilihat, sehingga perlu dibasuh, sebagaimana anggota-anggota tubuh yang dibasuh saat wudhu. Hanya saja ketika angina tersebut keluar anggota badan terasa lemas disertai dengan adanya bau yang tidak sedap, maka anggota- anggota badan yang dibasuh ketika wudhu yang dibasuh dengan tujuan untuk menghilangkan kemalasan yang ditimbulkan keluarnya angina tersebut. Yang dibasuh bukan anggota tubuh tempat keluarnya angina tersebut sebab anggota tubuh tersebuh ketika dibasuh atau diusah tidak menjadikan pulihnya semangat dan hilangnya lemas yang dirasakan. Hal diatas jika dilihat dari sudut pandang wudhu sebagai cara untuk menghilangkan kotoran yang nampak (najasah mahsusah) dan hal lain yang berkaitan hukumnya dengan itu. Sedangkan dipandang dari segi hukum yang berkaitan dengan menghilangkan kotoran yang tidak nampak (najis maknawiyah); ketika angin tersebut keluar dari dalam tubuh, hal tersebut sama saja dengan keluarnya penyakit dari manusia jika tertahan didalam tubuh aakan sangat membahayakan manusia, jadi keluarnya angina tersebut merupakan obat dari penyakit tersebut. Dari sudut pandang inidisyariatkannya wudhu dengan cara ini merupakan wujud syukur kepada Allah ta’ala yang telah memberi kenikmatan berupa keluarnya angina tersebut.” Wallahu a’lam..


EmoticonEmoticon